LELAKI DAN REMBULAN
Rembulan di malam hari
lelaki diam seribu kata
hanya memandang
hatinya luka hatinya luka
hatinya luka
Udara terasa berat
karena asmara sesakkan dada
ketika cinta terbentur dinding
terbentur dinding
Bukalah hatiku hatimu yang selalu membeku
agar ku lihat lagi rembulan di wajahmu
jangan sembunyikan hatimu padaku
Lelaki dan rembulan
bersatu di malam
angin sepoi-sepoi
lelaki diam seribu kata
hanya memandang
hatinya luka hatinya luka
hatinya luka
Udara terasa berat
karena asmara sesakkan dada
ketika cinta terbentur dinding
terbentur dinding
Bukalah hatiku hatimu yang selalu membeku
agar ku lihat lagi rembulan di wajahmu
jangan sembunyikan hatimu padaku
Lelaki dan rembulan
bersatu di malam
angin sepoi-sepoi
PADA BUKIT DAN PEDESAAN
Pagi.. hening pagi margasatwa pun bernyanyi
Ku lepas rindu hati pada bukit dan petani
Mataharipun terluka
Bukit.. lama sudah kita tak pernah jumpa
Hari-hari pun tenggelam di sela-sela bis kota
Jiwaku beku gelisah
Sekarang semua tlah ku tinggalkan
Gedung-gedung dan bising jalanan
Di hatiku ku genggam kerinduan
Pada bukit pedesaan
Kini.. musim demi musim lewat lebih indah
Matahari bersinar menembus ke dalam hati
Membawa pesan kedamaian
Sekarang semua tlah ku tinggalkan
Tembok-tembok tinggi dan kepalsuan
Ku ayun langkah, ku rentangkan tangan
Di bukit-bukit pedesaan
Ku lepas rindu hati pada bukit dan petani
Mataharipun terluka
Bukit.. lama sudah kita tak pernah jumpa
Hari-hari pun tenggelam di sela-sela bis kota
Jiwaku beku gelisah
Sekarang semua tlah ku tinggalkan
Gedung-gedung dan bising jalanan
Di hatiku ku genggam kerinduan
Pada bukit pedesaan
Kini.. musim demi musim lewat lebih indah
Matahari bersinar menembus ke dalam hati
Membawa pesan kedamaian
Sekarang semua tlah ku tinggalkan
Tembok-tembok tinggi dan kepalsuan
Ku ayun langkah, ku rentangkan tangan
Di bukit-bukit pedesaan
PERAHU RETAK
Perahu negeriku, perahu bangsaku
menyusuri gelombang
semangat rakyatku, kibar benderaku
menyeruak lautan
langit membentang cakrawala di depan
melambaikan tantangan
di atas tanahku, dari dalam airku
tumbuh kebahagiaan
di sawah kampungku, di jalan kotaku
terbit kesejahteraan
tapi kuheran di tengah perjalanan
muncullah ketimpangan
aku heran, aku heran
yang salah dipertahankan
aku heran, aku heran
yang benar disingkirkan
perahu negeriku, perahu bangsaku
jangan retak dindingmu
semangat rakyatku, derap kaki tekadmu
jangan terantuk batu
tanah pertiwi anugerah ilahi
jangan ambil sendiri
tanah pertiwi anugerah ilahi
jangan makan sendiri
aku heran, aku heran
satu kenyang, seribu kelaparan
aku heran, aku heran
keserakahan diagungkan
menyusuri gelombang
semangat rakyatku, kibar benderaku
menyeruak lautan
langit membentang cakrawala di depan
melambaikan tantangan
di atas tanahku, dari dalam airku
tumbuh kebahagiaan
di sawah kampungku, di jalan kotaku
terbit kesejahteraan
tapi kuheran di tengah perjalanan
muncullah ketimpangan
aku heran, aku heran
yang salah dipertahankan
aku heran, aku heran
yang benar disingkirkan
perahu negeriku, perahu bangsaku
jangan retak dindingmu
semangat rakyatku, derap kaki tekadmu
jangan terantuk batu
tanah pertiwi anugerah ilahi
jangan ambil sendiri
tanah pertiwi anugerah ilahi
jangan makan sendiri
aku heran, aku heran
satu kenyang, seribu kelaparan
aku heran, aku heran
keserakahan diagungkan
PADA BUKIT DAN PEDESAAN
Pagi.. hening pagi margasatwa pun bernyanyi
Ku lepas rindu hati pada bukit dan petani
Mataharipun terluka
Bukit.. lama sudah kita tak pernah jumpa
Hari-hari pun tenggelam di sela-sela bis kota
Jiwaku beku gelisah
Sekarang semua tlah ku tinggalkan
Gedung-gedung dan bising jalanan
Di hatiku ku genggam kerinduan
Pada bukit pedesaan
Kini.. musim demi musim lewat lebih indah
Matahari bersinar menembus ke dalam hati
Membawa pesan kedamaian
Sekarang semua tlah ku tinggalkan
Tembok-tembok tinggi dan kepalsuan
Ku ayun langkah, ku rentangkan tangan
Di bukit-bukit pedesaan
Ku lepas rindu hati pada bukit dan petani
Mataharipun terluka
Bukit.. lama sudah kita tak pernah jumpa
Hari-hari pun tenggelam di sela-sela bis kota
Jiwaku beku gelisah
Sekarang semua tlah ku tinggalkan
Gedung-gedung dan bising jalanan
Di hatiku ku genggam kerinduan
Pada bukit pedesaan
Kini.. musim demi musim lewat lebih indah
Matahari bersinar menembus ke dalam hati
Membawa pesan kedamaian
Sekarang semua tlah ku tinggalkan
Tembok-tembok tinggi dan kepalsuan
Ku ayun langkah, ku rentangkan tangan
Di bukit-bukit pedesaan
TERMINAL
Hangatnya matahari
Membakar tapak kaki
Siang itu disebuah terminal
Yang tak rapi
Wajah pejalan kaki
Kusut mengutuk hari
Jari jari kekar kondektur
Genit goda daki
Dari sebelah warung
Sebuah WC umum
Irama melayu terdengar
Akrab mengalun
Iringi deru mesin mesin
Iringi tangis yang kemarin
Bocah kurus tak berbaju
Yang tak kenal bapaknya
Tajam matamu
Liar mencari mangsa
Ramai para pedagang
Datang tawarkan barang
Ratap pengemis
Bak meriam dalam perang
Iringi deru mesin mesin
Iringi tangis yang kemarin
Iringi deru mesin mesin
Iringi tangis yang kemarin
Aku datangi kamu lewat lagu
(Kudatangi lewat lagu)
Kudatangi kamu
Langitku masih biru
Nyanyian duka nyanyian suka
Tarian duka tarian suka
Apakah ada bedanya?
Membakar tapak kaki
Siang itu disebuah terminal
Yang tak rapi
Wajah pejalan kaki
Kusut mengutuk hari
Jari jari kekar kondektur
Genit goda daki
Dari sebelah warung
Sebuah WC umum
Irama melayu terdengar
Akrab mengalun
Iringi deru mesin mesin
Iringi tangis yang kemarin
Bocah kurus tak berbaju
Yang tak kenal bapaknya
Tajam matamu
Liar mencari mangsa
Ramai para pedagang
Datang tawarkan barang
Ratap pengemis
Bak meriam dalam perang
Iringi deru mesin mesin
Iringi tangis yang kemarin
Iringi deru mesin mesin
Iringi tangis yang kemarin
Aku datangi kamu lewat lagu
(Kudatangi lewat lagu)
Kudatangi kamu
Langitku masih biru
Nyanyian duka nyanyian suka
Tarian duka tarian suka
Apakah ada bedanya?
DI BAWAH TIANG BENDERA
Kita adalah saudara
dari rahim ibu pertiwi
ditempa oleh gelombang
dibesarkan jaman
dibawah tiang bendera
Dulu kita bisa bersama
dari cerita yang ada
Kita bisa saling percaya
yakin dalam melangkah
lewati badai sejarah
[reff:]
Pada tanah yang sama kita berdiri
pada air yang sama kita berjanji
karena darah yang sama jangan bertengkar
karena tulang yang sama usah berpencar
Indonesia… Indonesia
Mari kita renungkan
lalu kita bertanya
benarkah kita manusia
benarkah bertuhan
katakan aku cinta kau
dari rahim ibu pertiwi
ditempa oleh gelombang
dibesarkan jaman
dibawah tiang bendera
Dulu kita bisa bersama
dari cerita yang ada
Kita bisa saling percaya
yakin dalam melangkah
lewati badai sejarah
[reff:]
Pada tanah yang sama kita berdiri
pada air yang sama kita berjanji
karena darah yang sama jangan bertengkar
karena tulang yang sama usah berpencar
Indonesia… Indonesia
Mari kita renungkan
lalu kita bertanya
benarkah kita manusia
benarkah bertuhan
katakan aku cinta kau
PERJALANAN
(dinyanyikan dengan jane,..saudarinya )
Dengan kereta malam
Ku pulang sendiri
Mengikuti rasa rindu
Pada kampung halamanku
Pada Ayah yang menunggu
Pada Ibu yang mengasihiku
Duduk dihadapanku seorang ibu
Dengan wajah sendu
Sendu kelabu
Penuh rasa haru ia menatapku
Penuh rasa haru ia menatapku
Seakan ingin memeluk diriku
Ia lalu bercerita tentang
Anak gadisnya yang telah tiada
Karena sakit dan tak terobati
Yang wajahnya mirip denganku
Ku pulang sendiri
Mengikuti rasa rindu
Pada kampung halamanku
Pada Ayah yang menunggu
Pada Ibu yang mengasihiku
Duduk dihadapanku seorang ibu
Dengan wajah sendu
Sendu kelabu
Penuh rasa haru ia menatapku
Penuh rasa haru ia menatapku
Seakan ingin memeluk diriku
Ia lalu bercerita tentang
Anak gadisnya yang telah tiada
Karena sakit dan tak terobati
Yang wajahnya mirip denganku
FRANKY SAHILATUA
Franky Hubert Sahilatua (lahir Surabaya, 16 Agustus 1953) adalah penyanyi balada asal Surabaya, Indonesia. Namanya dikenal publik sejak paruh kedua dekade 1970-an, ketika ia berduet bersama adiknya, Jane Sahilatua, dengan nama Franky & Jane. Duet ini sempat menghasilkan lima belas album, semuanya di bawah Jackson Record.
Setelah duet ini mengakhiri kerja samanya, karena Jane kemudian menikah dan hendak memusatkan diri pada keluarga, Franky lebih banyak bersolo karier.
Lirik lagu karya Franky pada masa Franky & Jane cenderung pada pemujaan alam pada awalnya, misalnya pada lagu Musim Bunga dan Kepada Angin dan Burung. Namun demikian, seperti kebanyakan penulis lagu balada lain, Franky gemar pula "bercerita" mengenai kehidupan orang sehari-hari, seperti Perjalanan atau Bis Kota. Franky pernah menulis dan menyanyikan lagu-lagu soundtrack untuk film Ali Topan.
Sejak tahun 1990-an hingga sekarang, Franky banyak terlibat dalam aksi-aksi panggung bertema sosial dan nasionalisme. Ia aktif terlibat dalam masa peralihan politik dari Orde Barumenuju Reformasi, penentangan RUU APP, serta gerakan anti globalisasi.
Solo Album
- Balada Wagiman Tua (1982)
- Gadis Kebaya (1984)
- Anak Emas
- Lelaki dan Telaga
- Kemarin
- Terminal (1993) bersama Iwan Fals
- Orang Pinggiran (1997) bersama Iwan Fals
- Menangis (1999) bersama Iwan Fals
- Perahu Retak (1995) bersama Emha Ainun Najib
[sunting]Franky & Jane
- Senja Indah di Pantai (1975)
- Kembalilah (1975)
- Balada Ali Topan (1976)
- Musim Bunga (1978)
- Kepada Angin dan Burung-burung (1978)
- Dan Ketuk Semua Pintu (1979)
- Panen Telah Datang (1980)
- Siti Julaika (1982)
- Di Ladang Bunga (1983)
- Rumah Kecil, Pinggir Sungai (1984)
- Biarkan Hujan (1986)
- Langit Hitam (1990)
- Perjalanan/Bis Kota (versi baru) (1991)
- Potret (1992)
- Lelaki dan Rembulan (1993).
[sunting]Franky & Johnny
[sunting]Franky, Jane, & Johnny
[sunting]Album Lain
- Kita Semua Sama (1989) - bersama Jane Sahilatua, Nur Afni Octavia, Vonny Sumlang, Utha Likumahuwa, Gito Rollies, Farid Harja, La Storia
- 1989 - Album Rumpies berjudul "Nurlela", lagu "Malu" karya Denda Sukma.
[]Karya Populer
- Lagu "Di Bawah Tiang Bendera" diciptakan Franky dan Iwan Fals pada tahun 1996, dengan latar belakang peristiwa 27 Juli.
- Lagu "Kemesraan" yang dipopulerkan oleh Iwan Fals merupakan karangan Franky bersama adiknya, Johnny.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar