Senin, 07 Mei 2012

Gendhis dan Purbayu


Gendhis terpaku pada rumpun  kemuning di depan joglo rumahnya,. matanya nanar,.. sepertinya pikirannya sedang tak berada di situ... angannya melayang ke dimensi berbeda.... kadang dia tersenyum sendiri... seperti ada yang membuatnya bahagia.,.. namun tak berapa lama nampak murung,..

Bunyi derit pintu membuyarkan lamunannya,.. simbok memanggilnya untuk membantunya di pawon , itu adalah dapur orang jawa.. mungkin simbok mau masak besar hari ini sampai perlu meminta bantuannya..seketika pikirannya kembali ke alam nyata... realita,.. tapi dia masih menyisakan kembang senyuman di ujung bibirnya,

Bergegas dia beranjak pergi dari lincak yang didudukinya sejak tadi, meninggalkan bunyi derit yang khas perabot bambu, bukti bahwa perabot itu sudah menua usianya.  Tak lupa dia lemparkan lagi pandangannya pada rumpun kemuning yang tadi di tatapnya,. seperti meminta ijin untuk pergi dan berterima kasih karena telah menemaninya melamun siang ini... dan dia pun menuju tempat yang simboknya inginkan dia ada.

***

Pertemuan itu terjadinya tak sengaja.. dia menyebutkan namanya.

" Aku Purbayu,.. kamu? "
" .. Ehmmm,.. Gendhis,..saja,.. " ,.. kataku malu-malu.

Itu pertama kalinya pertemuan mereka, ketika simbok menyuruhnya mengantarkan makanan ke rumah gedhong milik  Raden Panji Dahono, tetangga mereka yang bangsawan dan disegani oleh orang-orang di kampungnya. Kangmas Purbayu adalah putra pertama mereka ,. satu dari 5 bersaudara putra Raden Panji Dahono.

Sejak pertemuan itu mereka jadi sering bertemu,.. secara tak sengaja.. dan Gendhis selalu mencuri-curi melirik ke arahnya jika mereka bertemu, dan rupanya Purbayu juga.Bahkan sering dia melempar senyuman termanisnya.. khusus untuk gendhis. Hati Gendhis sering tak keruan,, dia merasa senang tapi juga deg-degan,.. sambil mengira-ngira apa arti senyuman tadi.

Pertemuan demi pertemuan makin sering terjadi. Di sawah ketika Gendhis ngirim bapaknya, di pasar ketika gendhis disuruh ibunya belanja, bahkan sering juga Purbayu yang berkunjung ke rumahnya. Lama -lama mereka makin akrab saja. Dan di hati keduanya tumbuh perasaan saling menyayangi, serta saling membutuhkan di antara keduanya.

Purbayu menyukai gendhis.. si gadis desa nan lugu tapi ayu, yang pandai menari dan geguritan. Kecantikannya yang tak tersentuh kosmetika modern sungguh alami. Kemolekan tubuhnya meski tak nampak namun jelas , karena selalu tertutup kain panjang dan kebaya. Namun sejatinya bukan itu daya tarik terbesarnya. Kecerdasan pikirannya yang terpancar pada kecemerlangan sorot matanya, itu yang membuat Purbayu makin mengaguminya, karena tak banyak dimiliki kebanyakan gadis- gadis seusianya dan sepermainannya. keingintahuannya yang besar kadang membuat Purbayu kagum, karena dia terpaksa mencari jawabnya dengan benar.

Sebaliknya gendhis menyukai Purbayu karena selain tampan, dia juga sopan dan amat menghargai dirinya meski dia berasal dari kalangan yang berbeda dengannya. Darah biru yang mengalir dalam dirinya, hanya mewariskan sikap ksatria dan tegas, namun tak membuatnya sombong atau merasa lebih tinggi. Dan yang terutama dia manis dan amat menyayanginya. Posturnya yang gagah, dan ketampanan wajahnya itu hanyalah bonus yang melengkapi dirinya. Karena bukan itu sebenarnya kriteria Gendhis ketika menyukai seseorang. Namun paket lengkap yang Purbayu hadirkan di dirinya sungguh membuatnya makin menyukai Purbayu melebihi apapun. Dan ini bikin Gendhis senang sekaligus sedih. Kok sedih?

Iya,.. masalahnya keluarga Purbayu tak mengetahui kedekatan mereka. Gendhis amat khawatir ketika Purbayu memintanya untuk menjadi istrinya. Gendhis amat ingin itu. Namun hati kecilnya menyadari kalo dirinya beda kelas dan strata dengan mereka. Itu yang membuatnya ragu dan sering melamun akhir2 ini.
Sebenarnya itu hal yang amat absurd di jaman yang sudah mengenal emansipasi dan hak azasi manusia, namun tak bisa dipungkiri, di masyarakat dan kelas tertentu hal ini masih menjadi masalah yang sensitif.


***

Pagi ini Gendhis terbangun dengan wajah lebih cerah. Ini karena dia telah mantap dengan keputusannya, bahkan dia akan menerima resiko itu, sekalipun keluarga Purbayu akan mengusirnya, dia tak peduli. Dia harus perjuangkan cintanya, bukti bahwa dia menyayangi Purbayu, dan itu akan dia katakan kepadanya siang ini,.. ketika dia akan belanja ke pasar. Purbayu biasanya akan menemuinya di sana. Makanya Gendhis amat senang dan mulai berdandan lebih cantik dari biasanya. Rambut yang biasa di ikat , kali ini dia gerai, menambah kecantikannya.

Momen itu hampir mendekati kepastian,.. ketika di lihatnya Purbayu menunggunya di warung dekat pasar, yang tampak tersenyum senang melihat kekasihnya berseri seri dan terlihat lebih cantik dari biasanya. Dia merasa ini pertanda baik bahwa lamarannya diterima. Maka tak sabar di hampirinya gendhis, sambil dia raih jemarinya,.. tak sabar dia menanyakan.

" Bagaimana? "
" Bagaimana apanya? " kata Gendhis sambil senyum dan mengerling tanda ia sedang ingin menggodanya.
" Ya itu.. yang aku tanyakan kemaren?"
"Oh,.. hehehhee,... iya, " kata Gendhis
"iya apa? artinya kamu menerimanya? " kejar Purbayu
"iya,... tapi ada tambahannya",.
" Apa? "
" Bahwa kamu akan perjuangkan aku... dan.. kamu akan membelaku seandainya keluarga besarmu tak mau menerimaku " balas Gendhis
" Tentu,.. aku akan memperjuangkan kamu... kalau mereka tak setuju aku akan mencari cara agar mereka mau menerimamu,.. Ndhis,.. Sayangku , aku janji,.. jadi,.. kita akan menikah? "
" Ehem... hihihihi,.. iya mas,.. Aku sayang kamu,.. " kata Gendhis sambil senyum berseri
" Kamu sudah cerita pada orang tuamu? "
" Belum Mas., nanti kalo sudah pasti saja, aku menunggu kabar darimu dulu, setelah kamu bicarakan dengan orang tuamu"
" Baiklah,.. sekarang kamu mau aku temani belanja.. biar aku yang bawa keranjangmu,. sini ", kata Purbayu sambil menggandeng pujaan hatinya itu. Kali ini langkahnya terasa ringan. Hatinya berbunga bunga.
Demikian pula Gendhis, senyum tak lepas dari bibirnya,.. Suasana pasar pagi ini serasa di keramaian pasar malam baginya... dengan kekasih ada di sampingnya.

***


Sidoarjo. 7 Mei 2012  pk 15.35 wib


Tidak ada komentar:

Posting Komentar